Serba -Serbi

Misteri Candi Bawah Laut

Jejaring sosial twitter akhir-akhir ini ramai membicarakan keberadaan candi bawah laut yang kabarnya berada di kawasan laut Bali. Namun hingga saat ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata belum mengecek kebenaran dari keberadaan candi bawah laut tersebut.

Surya Helmi, Direktur Peninggalan Arkeologi Bawah Air Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, dalam keterangan persnya di Museum Nasional, Rabu (04/08), mengatakan ia sebenarnya sudah mendapatkan foto candi misterius tersebut sejak dua bulan yang lalu. Namun foto tersebut masih perlu dilihat secara telematika untuk mengecek keabsahannya.

Menurut Surya, tiga buah foto yang diterimanya terlihat jernih menggambarkan candi tersebut. “Jernih banget, tidak ada ikan. Saya ingin tahu dapat foto itu darimana,” katanya. Surya berencana bertemu dengan fotografer candi tersebut pada pekan depan setelah kepulangannya dari Cina.

Diakui Surya, secara nalar adanya candi di bawah laut itu merupakan suatu hal yang bisa dianggap mustahil. Jangankan di bawah laut, di darat saja sangat jarang ditemukan candi yang masih utuh. Tapi yang namanya kemungkinan, selalu ada. Kalau memang keberadaan candi bawah laut tersebut nyata, maka penemuan ini bisa menjadi sebuah penemuan yang fenomenal dan spektakuler. Kementerian hingga kini belum mengecek keberadaan candi tersebut karena memang sampai saat ini mereka belum mengetahui titik lokasi dari candi bawah laut ini.

Hari Untoro Dradjat, Direktur Jenderal Sejarah dan Arkeologi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, juga menyangsikan kebenaran dari keberadaan candi tersebut. Menurutnya, seharusnya terlihat pengaruh korosi air laut dan bagaimana kondisi insitu yang ada, namun pengaruh tersebut sama sekali tak terlihat dari foto yang diterima kementerian.

Masih menurut Hari, keberadaan bangunan arkeologi bawah laut biasanya terjadi karena tsunami. Seperti yang terjadi di Aceh ketika gelombang laut menghantam kota serambi mekah tersebut. Namun kejadian tsunami belum pernah terdengar terjadi di Bali sebelumnya.
Apapun itu, jika keberadaan candi bawah laut ini benar adanya, bisa dibayangkan penemuan ini akan membuat para arkeolog dunia mengarahkan pandangannya ke Indonesia.

Source : tempointeraktif

Cerobong Asap Raksasa Di Bawah Laut Sulawesi

Ekspedisi bersama antara Indonesia-Amerika Serikat di lautan dalam perairan Sangihe, Sulawesi Utara, berhasil memetakan sebuah gunung berapi raksasa di bawah laut. Penelitian yang menggunakan sonar multicahaya kapal penelitian Okeanos milik NOAA ini mendapati bahwa gunung ini memiliki ketinggian sampai 10 ribu kaki atau lebih dari 3.000 meter.
“Ini adalah sebuah gunung berapi yang besar dan lebih tinggi daripada semua gunung di Indonesia kecuali tiga atau empat gunung lain di Indonesia, dan menjulang lebih dari sepuluh ribu kaki dari dasar laut di dalam perairan dan terletak di kedalaman lebih dari 18 ribu kaki,” kata Jim Holden, Ketua Ilmuwan AS untuk misi awal ekspedisi bersama ini sekaligus seorang ahli mikrobiologi dari University of Massachusetts di Amherst, yang turut serta dalam ekspedisi dari Exploration Command Center di Jakarta, Indonesia.

Sebagai perbandingan, Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut. Namun ketinggian ini diukur dari permukaan laut, bukan dari dasar lembah gunung. Sementara ketinggian gunung api raksasa bawah laut yang ditemukan di Sangihe diukur dari lembahnya.
Para ilmuwan Indonesia dan AS yakin bahwa dengan menyelidiki lautan yang belum pernah tereksplorasi sebelumnya maka akan banyak fenomena baru yang diperoleh dan informasi yang didapat untuk menambah pemahaman dunia tentang ekosistem dan pengasaman laut serta dampak perubahan iklim.

Sejauh ini, Okeanos Explorer telah memetakan 2.400 mil persegi dasar laut di Indonesia, wilayah yang luasnya setara dengan luas Delaware. Pada pertengahan Juli, kapal riset dan perikanan milik Indonesia Baruna Jaya IV akan memetakan lebih banyak dasar laut dan menempatkan peralatan di kepulauan Kawio sebelum kedua kapal bertemu di Pelabuhan Bitung. Mereka akan dikerahkan kembali pada 21 Juli untuk terus mengeksplorasi lebih banyak lagi lautan yang belum terjamah dekat gugus kepulauan Sangihe dan Talaud. Ekspedisi tersebut akan rampung pada 14 Agustus.

Source : vivanews